Que Est La Date

Foto: The Bristol Cable

Marwah hip-hop hari ini memang kian menjadi lumbung komodifikasi. Ia nyaris tak terbantahkan sebagai musik nouveau riche yang mampu membuat pelakunya bisa menghisap lintingan Strain Chocolope tanpa takut diciduk, mereguk Pasión Azteca Platinum di bawah sengat matahari kepulauan Bahama, hingga keluar-masuk rumah bordil kelas atas di akhir pekan.

Belum lagi turut andilnya tangan-tangan industri label rekaman raksasa yang semakin menggiring mereka untuk menapaki menara stardom. Kondisi itu semakin dibuat lengkap dengan polah-petingkah dari mereka yang kemudian memasang badan untuk mantan presiden fasis laiknya Kanye West pada Trump. Atau sebut juga Pandji si MC plat merah dan Kill the DJ, si yang tak pernah usai menjadi dagelan dirinya sendiri di antara beliung buzzer pemilihan presiden.

Meski demikian, kita tidak bisa abai pada sejarah panjang hip-hop sebagai resureksi kultural, bahkan rahim maupun perpanjangan api dari gerakan sosial serta politik radikal. Sedari era “How We Gonna Make The Black Nation Rise?” dari Brother D dan Collective Effort, Pavlos Fyssas atau Killah P yang meregang nyawa setelah ditusuk komplotan fasis Golden Dawn, Public Enemy dan legasi yang dititipkan oleh Black Panther Party, hingga kolektif DAM di hadapan armamen dan serdadu Israel Defense Forces (IDF), hip-hop tidak hanya melempung sebagai produk artistik saja. Tak pelak ia juga menyaru sebagai perkakas amplifikatif yang menyebarkan seruan solidaritas dari satu titik api ke titik api lain.

Pembuktian dari hal itu bisa kita jumpai pada duo hip-hop bernama Que Est La Date atau yang kemudian disingkat QELD. Terbentuk di tanah Bristol—yang notabene jadi tanah suci band-band post-punk radikal yang telah melahirkan The Pop Group hingga Idles—QELD meneruskan tradisi yang sama namun mengusung hip-hop dengan produksi yang laid-back pada era keemasan di mana soulful boombap adalah keniscayaan.

Ditukangi oleh Bobby Nechayev (MC) dan Jenre (MC / produser), QELD belakangan menjadi sorotan para hip-hopheads di seantero Eropa. QELD bukan hanya menjadi anomali di tengah musik-musik aromanis trap atau gulali crunk yang tengah menggempur Inggris. Lewat gagasan anarkisme yang diemban, QELD seakan menambah satu lagi daftar kolektif hip-hop setelah Moscow Death Brigade serta Kronstadt, yang didaulat sebagai rap-combatant. Hal itu bisa kita telisik dari sebetapa eksplosifnya debut album Kush Zombies yang dirilis via EK Records dan B-Boy Konsian pada 12 Maret 2016.

Saya berkesempatan mewawancarai Bobby Nechayev yang mewakili QELD via surel. Saya coba menggali beberapa hal dari mulai latar belakang dibentuknya QELD, proses artistik saat memproduksi setiap nomor, kerja-kerja pengorganisiran dengan jaringan Antifa Eropa yang menjadi bagian integral dari aktivitas kultural mereka, album-album krusial sekaligus favorit dari para pelopor, wacana anarkisme yang mereka usung, kebangkitan neo-Nazi atau fasisme di Eropa, Brexit, hingga album terbaru mereka Return of the Working Dead yang telah masuk proses penggarapan.

Wawancara bersama QELD ini saya dedikasikan sebagai tribut bagi mendiang Killah P dan juga Bushwick Bill dari The Geto Boys yang mangkat pada 9 Juni 2019 saat berjuang melawan kanker pankreas.


Sejauh mana Bristol menjadi rahim dari kerja-kerja artistik sekaligus aktivitas lain dari kalian di luar musik itu sendiri?

Kami berdua tumbuh bersama di Bristol, pergi ke sekolah bersama dan bergaul di lingkaran sosial yang sama. Kala itu kami berusia sekitar 15 tahun ketika pertama kali mulai membuat musik. Namun saat itu bukan sesuatu yang serius, kami hanya mengunduh instrumental dari internet dan merekamnya dengan mikrofon yang ditunjang komputer murahan.

Kami hanya mengatakan hal-hal acak tanpa pretensi sajak atau rima, murni hal-hal yang sama sekali tak beraturan. Tapi entah bagaimana, kami mulai menjadi lebih baik, mulai menganggap diri kami agak serius, dan begitu Jenre mulai memproduksi beat sendiri, kami tiba-tiba tampil secara langsung dan mendapat perhatian dari orang-orang terdekat hingga di dunia maya.

Bristol sendiri selalu menjadi sarang musik, terutama dalam lingkup musik drum n bass dan trip-hop. Ada skena hip-hop yang cukup baik di sini, dengan deretan pelaku skenanya yang begitu mumpuni, lantas membuat diri mereka sendiri layak mendapat sorotan—terutama dalam beberapa tahun terakhir. Itu sebenarnya bukan skena yang pernah kami cecap.

Baru setelah kami memasang video untuk lagu kami “Nobody Knows”, kami mulai mendapatkan perhatian dari anarkis di Bristol dan di seluruh Eropa, momen itu membuka pintu lebih banyak untuk kami daripada yang pernah kami ketahui. Dan meskipun kami berdua selalu secara tegas dan secara pribadi adalah komunis-anarkis, kami awalnya tidak menekankan itu dalam musik kami.

Politik kerap dianggap sebagai hal yang cukup culas dalam banyak musik hip-hop, dan itu adalah sesuatu yang awalnya kami khawatirkan. Dengan diperkenalkannya pada dunia ini, kami menyadari betapa pentingnya bersikap terbuka tentang keberpihakan maupun orientasi politik kami dengan orang-orang, dan sekarang kami bahkan tidak repot-repot membuat musik kecuali sebagai propaganda pada tingkat tertentu.

 

Lantas, kenapa memilih soulful boombap?

Soulful boombap adalah hip-hop dimana kami dibesarkan! Dari semua hip-hop Pantai Timur awal 90-an yang klasik hingga masa-masa awal hip-hop Inggris, boombap adalah apa yang kami ketahui dan gandrungi. Hal yang benar-benar menarik tentang boombap hip-hop adalah begitu banyak genre lain yang memperkenalkannya kepada anda, dan seberapa banyak elemen soul dan jazz serta semua jenis genre lain yang memberi kami bentangan wawasan. Kami tidak ingin membuat musik yang kami sendiri tidak akan senang mendengarkan jika orang lain membuatnya, terutama mengingat kami harus memainkan lagu-lagu ini berulang kali.

Bagaimana awal mula hip-hop bisa lahir di Inggris dari yang kalian tahu? Di Indonesia, ia lahir ketika rezim otoritarian masih berkuasa. Bahkan di Amerika sendiri, hip-hop muncul sedari krisis ekonomi yang dimulai sejak awal 1970-an, tepat ketika kemiskinan mencengkeram New York hingga akhirnya terjadi Blackout di tahun 1977.

Komunitas kelas pekerja selalu membawa subkultur musik dalam sejarah Inggris, baik tentang punk atau hip-hop atau drum n bass atau rave culture atau grime. Sulit untuk mengatakan dengan tepat apa hubungan antara Thatcher dan musik, karena itu adalah kebijakan dan warisannya yang menutup banyak peluang bagi orang-orang kelas pekerja untuk memainkan musik atau bahkan memiliki kesempatan untuk belajar tentang instrumen musik.

Anda masih dapat melihat persoalan demikian hari ini tatkala polisi memberangus pentas grime. Migrasi memiliki peran besar dalam upaya peninggalan musik di Inggris, karena bahkan hanya melihat Bristol saja, anda mampu menyelisik acara seperti St. Pauls Carnival dan sejarah sistem suara yang memainkan pengaruh besar dalam pembentukan musik modern.

Hip-hop sendiri dimulai pada tahun 80-an di Inggris, tetapi itu tidak pernah dianggap sebagai ancaman seperti di Amerika Serikat. Tetapi sikap rezim terhadap musik dan grime saat ini benar-benar menyerupai ‘kepanikan’ yang berhasil diciptakan oleh kelompok-kelompok seperti NWA hampir di tiga dekade lalu.

 

Apakah selama ini QELD kalian jadikan sebagai kendaraan politik? Terutama yang beririsan dengan gerakan anarkis lokal.

Kami tidak ingin terlalu banyak bicara tentang hal-hal lain yang mungkin kami lakukan, tidak ingin menggambarkan kami sebagai aktivis yang sangat sibuk atau membuat koneksi ke grup tertentu. QELD telah membantu sebagai platform untuk aktivisme, karena kami terus-menerus membuat koneksi di seluruh Eropa ke berbagai kelompok dan terkadang bertindak sebagai saluran antar negara.

Saat ini, saya (Bob) sedang mengerjakan film dokumenter tentang anti-fasisme di Italia—mewawancarai kawan-kawan Antifa dan mantan pejuang perlawanan Partisan—dan ini hanya mungkin terealisasi karena koneksi yang kami buat beberapa tahun yang lalu. Kami ingin menggunakan setiap kesempatan yang kami bisa untuk menyebarkan pesan-pesan anarkis, komunis, dan anti-fasis kepada orang-orang.

Ini juga sangat memuaskan ketika orang-orang mengatakan kepada Anda bahwa mereka telah membaca beberapa sejarah radikal yang mereka dengar di lirik kami atau telah mengubah pikiran mereka tentang sesuatu karena beberapa rima yang kami gelontorkan. Ini menunjukkan pentingnya aktivisme di banyak bidang, dan bagaimana menciptakan narasi yang kuat untuk politik dan kelas kita, adalah sesuatu yang harus kita semua perhatikan.

 

Album hip-hop dari generasi keemasan mana saja yang punya pengaruh krusial bagi kalian?

Oh, ada begitu banyak album, saya tidak tahu harus mulai dari mana. Selain daftar album yang sangat jelas, seperti 36 Chambers atau Illmatic, saya akan mencantumkan beberapa album yang lebih esensial yang mempengaruhi gaya kami: Organised Konfusion dengan albumnya Stress: The Extinction Agenda adalah salah satu yang terfavorit. Itu adalah grup lama Pharoahe Monch, namun aksi dari dua MC yang saling bekerja-sama serta mengeksekusi rap mereka itu terbilang sempurna. Master of the Universe dari Binary Star juga brilian karena alasan yang sama, dan mereka sangat berpengaruh pada dua bait kami yang juga kami coba sertakan.

 

Nah, jika pelaku hip-hopnya sendiri, siapa saja yang menjadi inspirasi terbesar kalian? Entah MC favorit yang Bobby curi teknik rap atau menulis liriknya. Atau produser maupun beatmaker mana yang mempengaruhi Jenre.

Inspirasi lirik utama saya adalah Sean Price, dengan teknik flow dan bagaimana ia menyusun kata-kata, benar-benar membantu saya untuk menciptakan corak atau teknik rap saya sendiri. Saya belum pernah mendengar rapper yang dapat terlibat dengan penonton dengan cara yang sama seperti Sean, dan serasa membuat semuanya terasa tampak mudah. MF Doom juga, yang mengelola kata-kata dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh rapper lain.

Adapun mengacu pada kepenulisan lirik, saya menemukan inspirasi dari banyak tempat. Bisa saja ketika menonton battle rap atau mendengarkan lagu grime dan menemukan inspirasi untuk dibuatkan rima, lebih sering daripada saya menemukan inspirasi dari mendengarkan hip-hop. Atau bahkan hanya membaca buku sejarah Rusia dan memasukkan nama seseorang ke kepala saya.

Saya tahu Jenre selalu sangat dipengaruhi oleh produser klasik—orang-orang seperti DJ Premier, Pete Rock, dan J Dilla. Jenre memiliki kemampuan untuk hanya mendengarkan rekaman lagu soul atau sejenisnya, kemudian menjadi seperti proses kreasi yang diulang berkali, menemukan sample, dan merakit lagu dari sample itu. Yang saya sendiri tidak akan pernah terpikir. Selalu ada corak kehalusan dan elemen soul untuk semua yang Jenre ciptakan, sesuatu yang juga berpengaruh besar pada gaya rap saya.

Lalu, sejauh mana produksi album The Working Dead kalian?

Kami sebenarnya tidak yakin tanggal rilis sendiri saat ini. Kami menargetkan untuk tahun 2020, tetapi memang membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan semuanya—terutama karena kami bukan musisi profesional dan harus bekerja serta menjalani hidup kami sambil berusaha menulis, dan  tentu saja mencuri-curi kesempatan untuk rekaman. Kami hanya memastikan untuk merekam dan menyebarkan video musik di rentang proses penggarapan, untuk membuat orang tertarik dan memberitahu mereka bahwa kami masih ada bahkan jika kami belum merilis apapun. Kami sangat bahagia dalam proses penggarapan album ini.

Karena kami merasa kami mengamplifikasi album pertama kami dan menciptakan sesuatu yang jauh lebih kuat. Kami sudah memiliki beberapa tamu di album ini: lagu dengan Awate yang ada di Youtube misalnya—dia adalah MC yang fantastis dari London dan jelas salah satu yang wajib untuk didengarkan jika anda menyukai left-wing boombap.

Ada juga sebuah lagu dengan Babar Luck yang gayanya tidak bisa saya gambarkan untuk anda tetapi saya sangat merekomendasikan untuk memeriksanya, dan kami berpotensi merekam lagu dengan Soundz of the South yang merupakan kru hip-hop anarkis dari Capetown yang saya sukai. Kami hanya mencoba membuat karya lebih mendalam dengan ini, dan membuat koneksi antara musisi yang berbeda yang mungkin belum ada sebelumnya.

Sejauh mana pengalaman kalian menjalankan QELD dengan muatan gagasan anarkis di sebuah negara monarki yang menganggap musik propagandis seperti halnya teror?

Berbahaya apabila menjadi seorang aktivis dan memiliki suara, sungguh. Jika Anda melihat Black Lives Matter, para aktivis terus dibunuh oleh negara atau milisi—seperti yang terjadi pada Black Panther Party. Dan tentu saja Anda tak bisa mengelak pada sosok Killah P atau Tupac, rapper yang dianggap sebagai ancaman bagi negara.

Di Inggris, seperti halnya di banyak bagian barat, kejahatan rasial dan gerakan nasionalis yang penuh kekerasan jelas meningkat—dan kami telah melihat maraknya pembunuhan sebagai akibatnya. Ini bukan sesuatu yang telah terjadi dalam skala besar di Bristol, tetapi faktanya memang sulit ditampik.

Sebagai anarkis yang dengan keras menyatakan pandangan kami, kami membiarkan diri kami terbuka terhadap kemungkinan tertentu. Dengan iklim politik Inggris yang bengis, kami juga membiarkan diri kami terbuka terhadap kemungkinan bahwa lirik kami dapat dianggap ‘teroristik’ atau semacam itu. Ini tentu saja terjadi pada orang lain, tetapi menjadi kulit putih dan non-muslim jelas memberi kami hak istimewa yang tidak dimiliki orang lain.

 

Bagaimana pendapat kalian tentang rapper yang dikooptasi oleh kekuasaan? Dalam hal ini, jadi jubir rezim di ranah artistik.

Kedengarannya konyol! Sayangnya, hip-hop bukanlah budaya “anti kemapanan” yang diinginkan orang atau yang dahulu pernah ada. Ini adalah genre terbesar di dunia, dan persoalan dikooptasi oleh gerakan reaksioner akan selalu tidak terhindarkan pada saat ini. Menjadi kaki-tangan yang sebenarnya, seperti Kanye atau Pandji, keduanya hanyalah kemuakan yang berada di level berbeda. Kami tidak memiliki rapper pro-Tory di negara ini untungnya, atau mereka setidaknya cukup bijaksana untuk tidak membicarakannya.

Bisa kalian ceritakan soal EK Records dan kaitannya dengan aktivitas QELD maupun sel-sel anarkis di gerakan kalian?

Kami adalah bagian dari EK Records, sebuah kolektif anarkis yang telah berjalan selama beberapa tahun. EK Records sendiri menampilkan musisi hip-hop anarkis yang kampiun seperti DDM (Drowning Dog & DJ Malatesta), Nadir (Astrophat & Hanzo), CUBA Cabbal, hingga Acero Moretti. Dan dari situ, terbentuk juga jaringan yang lebih luas semisal dengan kelompok-kelompok layaknya B-Boy Konsian. Hanya ada jaringan luas musisi dan afinitas anarkis di sana, yang di seluruh Eropa cenderung beroperasi dari pusat-pusat sosial dan sejenisnya. Itu adalah sesuatu yang perlu tumbuh tetapi dasarnya sudah ada dari kerja keras pengorganisiran kawan-kawan. Ada begitu banyak potensi untuk sesuatu yang bahkan lebih besar untuk tumbuh dari kerja-kerja pengorganisiran itu.

Saya tidak benar-benar tahu sejarah lengkap EK Records, tetapi aspek DIY dari semua yang mereka lakukan sangat penting bagi banyak komunitas yang berbeda di seluruh Eropa dan AS. Orang-orang terbaik untuk dijadikan tempat bertanya tentang sejarah EK Records adalah Drowning Dog dan DJ Malatesta (DDM), seperti yang dimulai 20 tahun lalu di San Francisco dan saya sendiri bersama Jenre baru berusia 12 tahun.

Adapun keterlibatan kami sendiri, kami telah memainkan beberapa pertunjukan di Inggris dengan DDM dan mereka menjangkau kami serta mengundang kami ke Milan. Ini adalah EK Records yang kami tahu. EK Records berpusat di sekitar area Ticinese di Milan. Ini adalah area dengan kehadiran Antifa yang masif, dengan fokus pada masalah hak atas tempat tinggal atau ruang hidup.

Pembunuhan seorang Antifa yakni Davide ‘Dax’ Cesare adalah faktor pendorong besar dalam radikalisasi begitu banyak orang, dan sebagai salah satu pencetus “lingkungan jongkok (squatted neighbourhoods)” di Ticinese, ia adalah inspirasi bagi banyak orang. Bagi saya, ini selalu tampak seperti suara sentral dari EK Records, dengan orang-orang seperti Leleprox, Acero Moretti, dan DDM menggunakan musik mereka untuk membuat koneksi yang dapat menggembleng orang-orang dengan masalah di sekitar seperti anti-fasisme dan hak atas ruang hidup, dan yang juga dapat menjangkau seluruh  benua untuk membuka pintu bagi seniman di berbagai negara.

Ini adalah keterlibatan pertama kami. Namun jadi agak melambat sejak itu, dengan perjuangan kehidupan sehari-hari dan hanya bertahan menjadi masalah bagi seniman yang terlibat—tentu saja, ini adalah perjuangan untuk semua seniman independen dan DIY, terlepas dari genre atau ideologi apa. Ini masih koneksi yang berharga dengan banyak hal yang ditawarkan, menghubungkan rapper seperti Soundz of the South di Afrika Selatan ke Premiere Ligne di Perancis dan kami sangat berterima kasih untuk menjadi bagian dari simpul ini.

 

Bagaimana pendapat kalian tentang Death to Antifa Fest yang nyaris digelar pada Maret 2019 lalu di Malaysia?

Death to Antifa adalah ide yang benar-benar mengerikan dan saya harap kawan-kawan di Malaysia aman dan tetap berdiri dalam solidaritas satu sama lain terhadap provokasi semacam itu. Senjata utama ekstremis kanan melawan mereka di garis kiri adalah provokasi dan kebencian, dan risiko gagasan serta retorika ini kemudian menjadi normal adalah sesuatu yang mesti selalu kita lawan.

Saya merasa bahwa di Barat, kita kurang menyadari gerakan neo-nazi dan supremasi kulit putih yang muncul di seluruh Asia. Kami sangat fokus pada ide-ide ras dan etnisitas Eropa sehingga kami gagal melihat bahwa bagaimana standar seberapa “putih” adalah kategori yang bergeser dan berubah tergantung pada masing-masing konteks budaya. Tetapi ini juga merupakan kelemahan gerakan fasis: tidak ada solidaritas internasional di antara kelompok-kelompok ini yang tidak mengakui legitimasi satu sama lain. Internasionalisme hanya muncul ketika orang-orang tidak diatur berada dalam persaingan langsung satu sama lain, dan inilah yang ditawarkan sosialisme.

Namun festival semacam ini juga ada di Eropa dan AS, dan hanya melalui konfrontasi langsung serta pengorganisiran inilah festival-festival tersebut mampu ditutup. Setiap kali seorang fasis diberi platform untuk menyemburkan kebencian mereka, orang-orang langsung dirugikan sebagai konsekuensinya. Kemampuan kaum fasis untuk menormalkan pandangan mereka dan menciptakan komunitas kebencian harus selalu ditentang.

 

Ketika populisme sayap kanan atau bahkan ekstremis kanan tengah bangkit di banyak titik di Eropa. Mulai dari Identitäre Bewegung Österreich (IBÖ) di Austria, Generazione Identitaria di Italia, hingga Magyar Önvédelmi Mozgalom di Hungaria. Bahkan pada 2017, jaringan kelompok identitarian Eropa, Defend Europe, mengumpulkan dana di media sosial lebih dari US$ 150 ribu (Rp 2,2 miliar). Uang itu dipakai untuk menyewa kapal guna memblokade kapal lain yang membawa imigran via Laut Mediterania. Bagaimana kalian melihat situasi itu?

Inggris dan Eropa sama-sama berada di tebing curam menuju fasisme, meskipun jika anda melihat interaksi keduanya dengan negara-negara non-Barat atau terhadap para migran maka sulit untuk tidak mengatakan bahwa kami sudah kadung fasis. Tapi saya tidak berpikir semuanya tidak menyisakan harapan seperti yang kita percayai dan bahwa ada banyak hal positif untuk dilihat—ada begitu banyak gerakan radikal yang tumbuh di seluruh benua, dan meskipun banyak masa-masa gelap mungkin terbentang di depan, ada juga begitu banyak potensi bagi gerakan komunis dan anarkis untuk membangun masa depan yang lebih benderang. Kita hanya harus mampu mengerjakannya.


Catatan: wawancara ini adalah arsip lama yang sebelum dipublikasi di Metaruang pada Juni 2019.